Posts

Showing posts from August, 2009

baby fashion

Image
Bisnis Baby Store Online: Untung Cepat, Tak Repot Sewa Tempat sedikit berbeda dengan usaha yang dimiliki Inge, di www.nenenshop.com milik Brenda Yudistira (31)ini, kita akan menemukan pakaian anak yang bertuliskan kata-kata lucu, seperti ‘ASI is the breast' dan ‘Bunda's Shopping Partner'. Khusus untuk kaos print, ibu dari Lavanya Eliana ini, memberikan harga Rp65 ribu perbuahnya. Setelah cukup lama berjualan secara online, Brenda kemudian membuka toko yang diberi nama senada dengan website-nya, Nenenshop, di daerah Senopati, Jakarta Selatan. "Membuka toko keperluan bayi yang berusia di bawah 5 tahun sebenarnya tujuan awal kami. Namun, untuk membangun brand ‘Nenen', kami merasa harus memulainya dengan online dulu di tahun 2006," ujar Brenda ketika ditemui di tokonya. Saat itu, ibu satu anak ini mengeluarkan uang sekitar Rp800 ribu untuk biaya domain dan hosting selama setahun. Selanjutnya, ia mengaku tidak menyiapkan budget khusus untu

Bisnis Tokek

Image
percya tidak jika ada hewan sejenis cicak yang berharga Wah, benarkah Harga Tokek sampai Miliaran? Waspadai "Gorengan" b eberapa bulan terakhir, santer beredar kabar bisnis tokek sedang booming . Konon, harga tokek ukuran satu kilogram bisa mencapai miliaran rupiah. Lantaran untungnya memang besar, banyak orang menjajal bisnis ini. Tapi jangan keburu tergiur dulu, bisnis ini masih serba gelap. Berhentilah mempermainkan tokek. Jika selama ini tokek cuma dijadikan bahan ledekan buat meramal cuaca, kini tokek justru menjadi buruan. Bahkan, santer beredar rumor, permintaan binatang melata ini sedang tinggi-tingginya. Meski pasarnya terbatas, bisnisnya tetap booming. Harga seekor tokek pun konon bisa sampai miliaran rupiah jika bobotnya mencapai satu kilogram per ekor. Memang hampir tak bisa dipercaya. Tapi, simaklah penuturan Sudarmono. Sejak dua bulan lalu, ia terjun ke bisnis ini. Caranya, dengan menjadi perantara jual beli tokek. Ia yakin peminat bina

Rendang Jangkrik

Image
Menikmati Gurihnya Laba Icip-icip Jangkrik Hewan bernama jangkrik ( gryllus sp ) lebih banyak beken sebagai salah satu bahan pakan ayam atau burung. Lebih dari itu, jangkrik sering dipelihara anak-anak ataupun di rumah-rumah sebagai hewan aduan ataupun sebagai pengusir tikus. Namun, banyak penelitian menyebutkan bahwa kandungan gizi dalam daging jangkrik ternyata bermanfaat bagi manusia. Kandungan proteinnya tiga kali lipat kandungan daging ayam, sapi dan udang. Jangkrik juga mengandung protein omega 3, omega 6 dan omega 9 yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak. Selain itu, konsumsi jangkrik dipercaya dapat menambah stamina tubuh, menambah gairah seksual, serta mampu menunda menopause bagi wanita. Tak heran jika jangkrik kemudian marak dibudidayakan. Apalagi pada tahun 1998 ketika budidaya jangkrik dan cacing sedang booming. Saat ini, sebagian besar hasil budidaya jangkrik untuk pasokan pakan ternak. Namun, di tangan Sri Rahayu, pemilik Sri Gryllus/Latansa

Mengintip Basahnya Bisnis Lidah Buaya

Image
Budi daya lidah buaya atau Aloevera sangat menjanjikan. Karena lidah buaya bukan semata tanaman hias, tapi bisa menjadi bahan dasar minuman yang menyehatkan. Bahkan, bisa dijadikan tepung untuk bahan dasar kosmetika. ”Lidah buaya yang dapat menambah nilai ekonomis dan jenis unggulan adalah barbadencise dan sinencise. Karena pelepahnya besar dan tebal,” kata Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Tani Aloevera Syamsuri di Kampus UI Depok beberapa waktu lalu. Selama ini, KSU Tani Aloevera bekerja sama dengan Pusat Sinergi Riset dan Bisnis Fakultas MIPA UI yang dipimpin Erlin Nurtiyani. Menurut Erlin, pihaknya sudah memiliki lima paten produk lidah buaya dalam bentuk minuman, kapsul, tepung, dan effervescent . Dengan mendirikan PT Kavera Biotech, Erlin memproduksi semua itu dengan bahan baku yang dipasok dari KSU Tani Aloevera. Namun, kata Erlin, produknya hanya menggunakan lidah buaya organik. ”Dari uji coba laboratorium, aloevera yang menggunakan pupuk kimia hasilnya

Buchori, dari Sopir Taksi Jadi Juragan Roti

Image
Sempat mengecap pengalaman menjadi sopir taksi, dan gonta-ganti aneka macam usaha sampai bangkrut, kini Buchori (40) sukses menjadi juragan roti. Sekarang, ia mempunyai enam outlet roti Aflah. Namun, itu tidak dicapainya dengan kerja sistem instan. Enam outlet -nya, dua berada di Yogyakarta dan Purworejo, serta satu outlet tersebar di Purwodadi, dan Kutoarjo. Untuk oulet di Yogyakarta, berada di Jalan Nyi Ahmad Dahlan dan di rumahnya, Dusun Sorobayan, Kecamatan Sanden, Bantul. Karena tuntutan pemenuhan ekonomi keluarga, sejak duduk di bangku SMA, Buchori selalu nyambi kerja. Dari usaha sablon, berjualan pakaian, stiker, hingga pernak-pernik. Selama kuliah di Jurusan Dakwah di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, ia berkelana sebagai sopir taksi di Yogyakarta. Dengan penghasilan yang tidak tentu, Buchori nekat menikah. Terlalu capek nyopir , di kampus sebagai aktivis, dan berkecimpung di beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM), Buchori menjadi malas kulia

Dannis Collection

Image
Tati Hartati, Inspirasi Ibu untuk Ruman Dannis Sebuah inspirasi bisa muncul dari lingkungan terdekat. Tati Hartati pun bisa menjadi seorang pengusaha pakaian muslim nan sukses berkat terinspirasi kemandirian ibu kandungnya. Sewaktu kecil dulu, pemilik Rumah Dannis ini hidup dalam keprihatinan. Untuk membeli pakaian saja tidak mampu. Bila ingin baju baru, sang ibu rajin membuatkan baju untuk Tati dan juga saudara-saudaranya. Alhasil, Tati terbiasa mengenakan pakaian hasil jahitan sang ibu. Begitu pula ketika Hari Raya Lebaran tiba. Ketekunan dan ketelatenan sang ibu inilah yang menjadi sumber ilham bagi Tati untuk memberanikan diri menjahit pakaiannya sendiri saat duduk di kelas empat sekolah dasar (SD). Anak ketiga dari enam bersaudara ini memang sedari kecil mencintai kain. Bahkan, sejak kelas empat SD itu Tati sudah menjual pakaian boneka dan tempat pensil dari kain kepada teman-temannya. Sejak itu pula Wati belajar mandiri. Setidaknya, dia tak lagi meminta

Ujang, Anak Kemarin Sore dan Pertanian Organik

Image
Petani konvensional di tanah Sunda umumnya mengenal falsafah ”kadenge, kadeuleu, karampa, karasa” atau mendengar, melihat, meraba, dan merasakan. Bagi Ujang Ahmad Zaenal Muttaqin, falsafah yang dianut oleh para petani tradisional tersebut menjadi hambatan serius ketika dia ingin mengajak mereka untuk bertani organik. Para petani konvensional harus mendengar, melihat, dan meraba dulu baru mereka percaya terhadap teknologi baru dalam bertani. Susahnya minta ampun untuk meyakinkan petani konvensional bahwa bertani organik dengan cara budidaya baru itu merupakan cara terbaik guna meningkatkan kesejahteraan mereka,” kata Ujang, ayah dua anak ini. Kegelisahan Ujang terhadap nasib petani di desanya, Jambenenenggang, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mulai muncul sekitar akhir tahun 2000. Ketika itu Ujang baru kembali dari Jepang, setelah bekerja di sebuah pabrik sejak tahun 1997. Ketika di Jepang, setiap akhir pekan Ujang menyempatkan diri magang

Shinta, Rezeki Dunia Digital

Image
/ anda tentu tidak asing dengan bubu.com bukan ? Awalnya, Shinta bersama beberapa teman mendirikan PT Bubu Kreasi Perdana (bubu.com) tahun 1996 yang memberikan layanan perancangan situs. Ketika itu belum ada perusahaan sejenis di Indonesia. Sumber daya manusia di bidang itu pun masih minim. Pasarnya belum terbentuk. Orang bahkan belum banyak yang melek internet, apalagi merasa perlu membikin situs. Namun, Shinta tidak menyerah. Dia berusaha mengedukasi masyarakat agar melek situs internet. Salah satunya dengan menggelar Bubu Awards, semacam kompetisi pembuatan situs. Hingga 2009, kompetisi ini telah berlangsung enam kali. ”Responsnya bagus. Sekarang, Bubu Awards tidak hanya mengompetisikan web design, tetapi juga konsep digital advertising,” ujar Shinta, Chief Executive Officer bubu.com, Selasa (28/7). Meski edukasi berjalan, bisnis ini awalnya berkembang lambat. Hingga tahun 2000, kata Shinta, baru segelintir perusahaan Indonesia memiliki situs.

Guru yang Kreatif bisa kaya lho........

Image
Triyono, Guru yang Pengusaha Mainan Edukatif Triyono tergolong orang yang susah diam. Di sela-sela kesibukan sebagai guru sekolah dasar, ia mendirikan usaha pembuatan alat permainan edukatif. Tidak sekadar membangun usaha beromzet puluhan juta rupiah sebulan, tetapi ia juga menyediakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Ini belum termasuk 10 kelompok usaha serupa yang dilatihnya dan kini beranjak mandiri. Setiap bulan Triyono bisa memproduksi sekitar 120 paket alat permainan edukatif untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak. Omzetnya rata-rata setiap bulan Rp 75 juta. Kualitas barang yang memadai dan jenis yang beragam membuat produk milik Triyono merambah berbagai kabupaten dan kota sampai ke Kalimantan dan Sumatera. Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (P2PNFI) Regional II Semarang Ade Kusmiadi mengakui jaminan kualitas produk Triyono. Dia yakin bahwa alat permainan edukatif tersebut mampu bersaing apabila d

Putu, dari Laptop Pinjaman Sekarang Omzet Miliaran

Image
Berawal dari sebuah ruangan dan laptop pinjaman seorang teman, Putu Sudiarta membangun penyebaran teknologi dengan cara unik ke seluruh Indonesia hingga mancanegara. Bahkan, PT Bamboomedia Cipta Persada di Jalan Merdeka, Denpasar, Bali, sebagai aktualisasi karyanya itu pun tak pernah sepi dari kunjungan mahasiswa sampai rekan bisnis kecil dan besar. Lalu, keunikan apa yang membuatnya beromzet miliaran rupiah sejak berdiri tahun 2002 lalu? Putu Sudiarta yang berperawakan tinggi, kurus, dan berpenampilan sederhana ini pun langsung menunjuk ke sebuah lemari kaca di salah satu sudut ruangan rapat di kantornya. ”Ini adalah lemari sejarah perjalanan Bamboomedia,” katanya sambil tersenyum. Di dalam lemari itu tersimpan beberapa disket, telepon rumah, brosur-brosur, CD, kabel internet, beberapa buku, serta sebuah hair dryer . Barang-barang tersebut yang mengawalnya menjadi dikenal di dunia teknologi informasi. Ia sendiri pun tak menyangka bisa sebesar sekarang dan ban

sukses di usia muda

cerita berikut ini bisa menjadi contoh bahwa sukses itu tidak memandang usia, mereka yang lebih muda dari kita namun nasib menunjukan bahwa mereka lebih kaya dari kita. Sebanyak 10 pemuda dan pemudi dinobatkan sebagai pemenang YES Business Competition Award 2009, Kamis (6/8), atas bisnis yang telah mereka bangun dan menghasilkan omzet jutaan rupiah per bulan. Padahal, mayoritas dari pemenang tak berumur lebih dari 30 tahun. Sebanyak tujuh pemenang dari kategori pemula adalah Darwati (31) dengan usaha Adist Parfum; Erryza Susilo (28) dengan usaha 1001 Bros Cantik; Kiswanto (24) dengan usaha minuman dan makanan Wedang Uwuh Celup, Tortila Chips, dan Kerupuk Jagung; kemudian M Apip Firmansyah (28) dengan lembaga pendidikan Super Tensis English Center; Novianty Tandjung (29) dengan bisnis online tas bermerek Simply Her Style; Nur Anissa Rahmawaty (27) dengan butik online Annisa, Yunnas Habibilah (27) dengan produk daur ulang limbah koran Dluwang. Sementara tiga orang pemenang dari kategori

Saya ingin menjadi entrepreneur

setelah menjelajah dunia maya, searching and googling, membaca artikel tentang dunia bisnis dan keuangan menjadi kesukaan saya belakangan ini, rubrik ekonomi ini membangkitkan keinginan saya untuk menjadi seorang entrepreneurs, setidaknya melalaui tulisan yang ada diblog ini akan memberi kita semangat berwirausaha, cerita sukses mereka akan mengilhami jalan terang kita.